.:ECHOES:.
2011
Buy Me Happiness Hanyalah Cinta Weapons Yang Terlarang Impossible Eternal Rollercoaster My Addiction A Stranger Cold War Year Of The Snake Silent Vow Berkilaulah Only Love Count On Me Sorry Always You
Untuk pertama kalinya dalam sejarah karir internasionalnya
Anggun menjadwalkan album barunya rilis paling awal di Indonesia.
Sebelumnya pada saat merilis album seperti Snow On The Sahara (1997), Chrysalis
(2000), Luminescence (2005) & Elevation (2008) adalah
Eropa yang selalu mendapat jadwal rilis yang paling awal. Tetapi untuk album
terbarunya ini Indonesia
menjadi negara pertama yang merilis album ini.
Ada beberapa hal menarik dari album baru Anggun ini.
Pertama, ini adalah album sekaligus proyek perdana Anggun dengan label rekaman
pribadinya April Earth. Kedua,
melalui album ini Anggun tidak hanya ‘sekedar’ menyanyi dan menulis lagu,
tetapi sudah ‘naik kelas’ menjadi produser.
Seperti yang pernah dijelaskan oleh Anggun bahwa dia
tidak akan pernah menggunakan konsep album yang sama dimana Anggun akan selalu
menawarkan sesuatu yang baru dalam setiap album barunya, maka Anggun lagi-lagi
membuktikannya lewat album ini.
Berbicara mengenai materi album, Anggun memang
benar-benar memberikan aura dan atmosfir baru dan segar yang sangat
berbeda dari album-album yang sudah pernah dia rilis sebelumnya. Seperti tidak
mau ikut larut mengikuti trend musik yang sedang wara-wiri di industri
musik dunia, Anggun cenderung memilih untuk mengedukasi pendengar dan para
penggemarnya dengan komposisi musik dan lagu yang tidak terjebak selera pasar
yang saat ini seperti yang kita tau cenderung tidak ‘menyehatkan’ dan hampir
seragam. Salah satunya adalah melalui lirik lagu. Kalau anda perhatikan, lirik
pada lagu-lagu di album ini hampir semuanya mengusung tema tentang kehidupan
dari perspektif yang memberi semangat dan ceria.
Salah satu
lagu yang berbahasa Indonesia dengan judul Berkilaulah misalnya, dengan
permainan melody pada bagian verse yang terdengar unik dan unpredictable,
dimana melodinya pada bagian tertentu memiliki ‘tikungan tajam’ atau ibaratnya
seperti jalan yang mendaki dan menurun dengan tiba-tiba namun tanpa kehilangan
ritme-nya. Meskipun lagu ini terdengar sangat sederhana, bukan berarti
gampang untuk menyanyikannya. Ada pesan positif dalam liriknya yang mungkin
jarang disadari oleh sebagian besar manusia, bahwa cobaan dalam hidup tidak
seharusnya membuat kita menyerah dan putus asa, tetapi justru seharusnya
membuat kita semakin tangguh dan tegar.
Yang cukup unik, versi bahasa Inggris dari lagu ini yaitu Eternal
justru menampilkan emosi yang berbeda. Jika pada lagu Berkilaulah menawarkan
suasana yang akan membuat pendengar bersemangat, tetapi lagu Eternal
lebih bergaya lullaby, jenis lagu yang cukup kalem untuk menjadi
pengantar tidur. Acung jempol untuk Anggun yang berhasil memberi jiwa yang
berbeda kepada kedua lagu ini meskipun masih dalam melodi yang sama.
Tidak seperti Jennifer Lopez yang saking
tergila-gilanya dengan sepatu merek Christian Louboutin, sehingga secara
blak-blak-an menggunakan merek sepatu tersebut sebagai judul lagu, Anggun
sebagai salah penggemar merek sepatu dengan ciri khas sol warna merah cerah itu
memilih cara yang subtil, hanya sebatas menyentil ciri khas sepatu kegemarannya
itu tanpa menyebut merek sama sekali. Uniknya, Anggun melakukannya
sebagai sindiran sosial kepada kaum yang sering menganggap bahwa materi adalah
simbol kebahagiaan :
I could use that red-soled
shoes . With this tight jeans, see what I mean? . Or maybe that long dress
made to impress. Deserve that too. All those fancy things. Fail to make my
heart sing. Can’t buy me happiness. (Aku menginginkan sepatu bersol merah yang sesuai
untuk denim yang kupakai. Atau gaun panjang ala diva yang juga pantas
untukku. Tetapi aku tau semua kemewahan itu belum tentu akan membuatku
bahagia).
Potongan
lirik diatas tertuang dalam lagu yang berjudul Buy Me Happiness. Ritme melodi
yang riang dan permainan vokal Anggun yang lincah (dimana bagian awal lagu
bermain dinada rendah, kemudian berubah tinggi meliuk-liuk di bagian chorus)
merupakan perpaduan yang sederhana tetapi justru sangat menantang. Sementara pada nomor Cold War dan A Stranger,
gaya bernyanyi dan musik Anggun seperti mendapat pengaruh dari band-band Pop
Rock a la British seperti yang menampilkan permainan musik dan gaya
menyanyi minimalis namun tetap mempertahankan kedinamisan komposisi musik dan
vokal sehingga tidak terdengar datar dan membosankan.
Atau jika ingin mendengar jenis musik yang lebih riang
dan cukup danceable dengan karakter rock, ada lagu Impossible yang
bagian chorusnya cukup catchy. Atau lagu My Addiction yang
sangat Rock N Roll ala tahun 60’an.
Ada juga lagu Rollercoaster yang karakter rock-nya paling kental. Tentu saja bukan type musik rock yang manis, tetapi jenis rock yang sedikit bernuansa ‘dark‘..
Secara keseluruhan, Anggun tampaknya tidak terlalu
ingin terlihat pamer ‘kehebatan’ dalam album ini. Tidak ada range vokal
yang diforsir menukik & melambung tajam atau akrobat di angkasa a la
diva. Juga tidak ada musik dan lagu yang dipaksa untuk mengikuti arus trend
yang sedang digemari masyarakat saat ini. Bahkan dari segi lirik lagu, Anggun
terbilang sedikit berani keluar dari mainstream musik populer yang
sedang didominasi lirik lagu provokatif, tema cinta picisan atau
cengeng.
Tetapi bukan berarti lagu-lagu pada album ini menjadi susah dicerna
atau berat, justru lagu-lagu dalam album ini relatif gampang dinikmati dengan
bonus pesan yang terkandung dalam lirik lagu yang bisa membuat optimis dan
bersemangat.
Bisa dibilang kesederhanaan inilah yang
menjadi kekuatan dan nilai tambah album ini. Ditangan Anggun, keserderhanaan
itu menjadi kesederhanaan yang tidak
hanya sekedar sederhana, tetapi juga bercita rasa tinggi dan pastinya
dipercaya mampu ‘bergema’ seperti judul album itu sendiri.
|
No comments:
Post a Comment