“Tidak ada buku manual yang menjelaskan
bagaimana seharusnya perempuan Asia tinggal di Eropa”, ujar Anggun ketika
ditanya bagaimana caranya menyesuaikan diri dengan lingkungan baru di Eropa.
Anggun mengaku hanya menjalankan kehidupan normalnya seperti biasa, paling hanya adaptasi soal bahasa dan kultur
yang berbeda.
“Apalagi Prancis itu kan kayak melting pot,
semua suku bangsa ada disini mulai dari Afrika, Asia, Timur Tengah, Amerika dll”.
Dengan lingkungan
yang seperti itu dimana Anggun adalah seorang pendatang, apakah Anggun pernah
mengalami rasisme?
“Sama sekali nggak. Meski disana segala
macam suku bangsa ada tetapi mereka manganggap orang-orang dari Asia itu
kalem-kalem dan bukan type orang yang suka cari masalah”.
Anggun juga
menekankan begitu pentingnya datang ke sebuah negara sebagai tamu resmi dalam
arti lengkap dengan segala dokumen seperti pasport, visa dan lain-lain agar
tidak menjadi imigran gelap yang susah dilindungi oleh pemerintah negara
setempat dan negara asal ketika mendapat masalah.
Bagaimana awalnya
Anggun bisa berbaur dengan orang-orang dari segala macam ras dan suku bangsa?
“Pertama harus menguasai bahasanya dulu biar
bisa berkomunikasi. Sebenarnya aku nggak terlalu fighting untuk bisa berbaur.
Menurut mereka, caraku berbicara dan memperlakukan mereka sangat unik dan
berbeda karena aku orang Indonesia. Itu salah satu yang membuat mereka tertarik
karena menganggap aku punya identitas yang unik dan jujur”.
Jadi benar
seperti penggalan lirik lagu Anggun : blood
can not be replaced by water. Lingkungan dan warna paspor memang tidak akan
pernah bisa mengubah ke-Indonesiaannya.
No comments:
Post a Comment