Anggun Cipta Sasmi

Tuesday, July 30, 2013

Awal Karir Di Eropa Yang Tak Semulus Paha Cherrybelle



Melihat kesuksesan Anggun sekarang sebagai penyanyi Indonesia bertaraf internasional, mungkin tidak banyak yang tau bagaimana perjuangan Anggun selama mendekam di Eropa demi merintis karir internasional.

Saat lagu Yang Hilang yang baru diluncurkannya masih merajai tangga lagu-lagu terlaris dan terpopuler ditanah air, Anggun nekad menjual perusahaan rekamannya Bali Cipta Record yang hasil penjualannya dijadikan modal untuk biaya hidup selama di London. Ya, Anggun memutuskan untuk meninggalkan Indonesia menuju Eropa disaat karir musik Anggun masih sedang berjaya.

“Saat itu usiaku udah mau 20 tahun. Aku pikir kalau aku nggak berangkat sekarang, mau kapan lagi? Mumpung masih muda dan masih ambisius”, kata Anggun.

Sampai di Prancis, segala sesuatu tidak semulus rencana semula. Dalam bayangan Anggun sebelumnya, begitu tiba di London Anggun akan segera bertemu produser dan label rekaman lalu kemudian menaklukkan dunia.

“Uang hasil penjualan perusahaan rekamanku yang di Indonesia jumlahnya sudah dianggap besar ternyata tidak seberapa kalau dibawa ke London karena biaya hidup disana mahal”, kenang Anggun.

Tidak punya kenalan atau relasi di London membuat Anggun terpaksa tinggal di hotel. Setelah sekian lama, produser dan kontrak rekaman tak juga berhasil ditemukan sementara keuangan sudah semakin menipis, Anggun mulai hitung-hitungan soal duit. Uang untuk biaya makan dan bayar kamar hotel benar-benar diperhitungkan Anggun, sesuatu yang tadinya sama sekali bukan masalah buat Anggun ketika masih di Indonesia. Anggun menolak untuk menyerah (dan kembali ke Indonesia), tetapi justru mengubah rencana yaitu pindah ke Belanda. Tetapi sebelum ke Belanda, Anggun ingin menghabiskan weekend dulu di Paris (Prancis). Rencana dua hari liburan di Paris diperpanjang menjadi seminggu, lalu sebulan sampai setahun karena Anggun terlanjur jatuh cinta dengan suasana kota Paris.

 
Kembali terjadi perubahan rencana, Anggun memutuskan untuk mencoba karir musiknya di Prancis. Masalah yang sama kembali terjadi, demo Anggun ditolak karena menggunakan bahasa Inggris. Mau tidak mau Anggun harus belajar bahasa Prancis. Kemampuan bahasa Prancis inilah yang kemudian mempertemukan Anggun dengan Erick Benzi, lalu membuat demo rekaman berbahasa Prancis untuk ditawarkan ke label rekaman. Anggun tidak langsung mendapat respon, tetapi harus menunggu cukup lama.

“Di Eropa itu banyak penyanyi bagus. Penyanyi cafe saja suaranya bagus sekali dan mereka juga ingin jadi penyanyi profesional dan bikin demo. Jadi aku harus menunggu lama karena label rekaman kan setiap hari menerima ratusan atau mungkin ribuan demo untuk didengarkan dan diseleksi”.

Dan proses penantian yang lama itu semakin diperparah dengan keuangan Anggun yang juga semakin menipis. Penghematan-pun semakin diterapkan. Anggun yang dulunya kemana-mana naik taksi mulai membiasakan diri naik metro yang ongkosnya lebih murah. Apalagi Anggun juga harus tetap membuat beberapa demo dimana biaya untuk membuat demo bukan termasuk murah. Tidak terbayangkan bagaimana bahagia dan bersyukurnya Anggun saat dirundung kesulitan seperti itu, tiba-tiba dia mendapat kabar bahwa demo-nya lolos seleksi dan mendapat tawaran kontrak rekaman dari Sony Music Prancis.

No comments:

Post a Comment