Anggun Cipta Sasmi

Monday, October 28, 2013

Eksistensi Lintas Dekade & Generasi



Rolling Stone Indonesia
Kesuksesan di tanah air tidak membuat Anggun berpuas diri. Dia membidik karir yang lebih luas dan menantang yaitu membangun karir di industri musik dunia.

“Pada saat itu saya merasa seperti terpenjara. Istilahnya ketika seseorang sudah mencapai puncak karirnya, dia pasti sudah tidak bisa lebih naik lagi, hanya tinggal menunggu karirnya bertahan atau meredup. Saya nggak mau seperti itu karena pada saat itu saya masih remaja, baru berumur delapan belas tahun”.

Maka tahun 1994, Anggun meninggalkan Indonesia menuju Eropa. Setelah mengalami berbagai perjuangan dan kesulitan akhirnya Anggun berhasil merilis album yang beredar di hampir seluruh dunia.

“Ketika saya akhirnya bisa merilis album internasional, itu menjadi semacam akses buat saya untuk menjelajah dunia yang lebih luas lagi. Karena saya harus promosi ke berbagai negara, bukan sekedar pelesiran. Saya juga mendapat undangan dari berbagai negara untuk tampil di negaranya masing-masing, saya menjadi seperti tamu resmi negara mereka”

Praktis dipenghujung tahun 1990’an Anggun wara-wiri keliling Eropa, Amerika dan Asia untuk promosi album serta mendapat udangan tampil diacara TV dan konser ketiga benua tersebut.

Beberapa artis yang dulu begitu populer tahun 80an dan 90an kini sudah tidak terdengar lagi kabarnya. Tetapi Anggun justru semakin bersinar. Status artis internasionalnya membuat kelas Anggun jelas terlihat berbeda. Eksistensi Anggun bahkan mampu mengimbangi artis-artis baru yang sedang populer dan baru membangun karir kemarin sore dan meraih kesuksesan secara instan.

Anggun adalah contoh artis yang berhasil mempertahankan eksistensinya selama lebih dari lintas dekade dan generasi dan masih tetap tak kehilangan pesonanya.

Monday, October 7, 2013

Ogah Disebut Diva dan Penyanyi Asing

Rolling Stone Indonesia


Menjadi penyanyi kaliber dunia seperti Celine Dion sudah menjadi cita-cita Anggun sejak masih menjadi penyanyi remaja di Indonesia. Tetapi begitu berhasil menjadi satu-satunya penyanyi Indonesia yang album bahasa Inggrisnya beredar di hampir seluruh dunia seperti penyanyi asing kelas dunia lainnya, Anggun justru menolak disebut penyanyi asing.

Ketika pertama kali datang ke Indonesia sejak merilis album internasionalnya yang pertama, Anggun disambut dengan acara protokoler layaknya tamu asing dan tamu kehormatan negara. Mulai dari acara pengalungan karangan bunga sejak mendarat di airport sampai iring-iringan kawalan polisi menuju hotel dengan mobil khusus plat Corps Diplomatic.

Saat jumpa pers dengan wartawan, banyak wartawan yang memberi pertanyaan dalam bahasa Inggris, mungkin karena merasa Anggun sekarang sudah menjadi artis asing.

“Aku sebenarnya sedikit kaget karena banyak wartawan yang merasa bahwa mungkin aku sudah lupa bahasa Indonesia. Dan mereka juga kaget ketika aku masih bisa berbahasa Indonesia. Ya ampun, aku kan lahir dan tumbuh di Indonesia. Apa sih yang ada dalam benak mereka?”, seloroh Anggun geli.

Bagaimana dengan kawalan polisi dan bodyguard yang mendampingi Anggun selama di Jakarta? Apakah itu tidak mengindikasikan bahwa Anggun sudah seperti tamu asing dinegaranya sendiri?

“Itu bukan keinginanku. Itu bagian dari kebijakan label rekamanku di Prancis & Indonesia dengan manajemenku. Ini bagian dari formalitas yang mau nggak mau harus aku ikuti karena meyangkut prosedur proteksi untuk artis”, jelas Anggun menjawab keluhan beberapa wartawan dan penggemar yang merasa kesulitan untuk berinteraksi lebih dekat dengan Anggun.

Anggun juga kurang sreg kalau kalau disebut sebagai penyanyi asing atau diva luar negeri? Jadi bagaimana menjelaskan status Anggun yang sudah go internasional?

“Aku tetap penyanyi Indonesia. Jadi mungkin lebih tepat disebut dengan penyanyi Indonesia dengan label rekaman luar negeri”, Anggun menutup cerita.

Sunday, October 6, 2013

Sinergi Anggun & Penggemar



Banyak cara penggemar memanggil artis idolanya dengan sebutan Princess, Queen, Goddess dan sebuatn lain yang terkesan seperti mengklutuskan sang artis. Tetapi berbeda dengan penggemar Anggun.

“Mereka memanggil saya dengan Mbak Anggun. Itu karena mereka menganggap saya sudah seperti bagian dari hidup mereka, bagian dari keluarga mereka. Banyak dari antara mereka yang tumbuh bersama perjalanan karir saya, jadi mungkin ada ikatan emosional dan historisnya”, kata Anggun tentang penggemarnya.

Dan memang antara Anggun dan penggemarnya seperti sudah terjalin sinergi positif satu sama lain.

“Penggemarku bukan type sekelompok orang yang teriak-teriak histeris nggak jelas saat ketemu aku. Mereka juga sering kasih kritikan dan masukan. Aku bangga karena itu menandakan bahwa mereka kritis. Makanya aku senang banget waktu ada penggemar yang bilang bahwa dia suka laguku yang berjudul ini dan itu karena liriknya bikin dia ‘mikir’. Itu artinya dia respek dan serius dengan lirik lagu yang aku tulis sehingga membuat aku selalu ingin menulis lagu dengan lirik yang bagus”.

Dari pihak penggemar Anggun sendiri tercipta juga sebuah pengaruh positif. Kebiasaan Anggun yang merilis album dalam dua versi bahasa yaitu Inggris dan Prancis membuat sebagian besar penggemar Anggun tertarik secara serius untuk lebih memperdalam lagi kemampuan bahasa Inggris serta mau mempelajari bahasa Prancis yang terkenal sulit itu. Dari Anggun juga mereka belajar untuk santun dalam bersikap dan bertutur kata serta rendah hati.

Memang seperti itulah seharusnya sinergi antara artis dengan penggemarnya, saling  memberi pengaruh positif dalam hidup kedua belah pihak.

Pendidikan Informal : Bakat & Pengalaman



Meskipun hanya lulusan SMA, tetapi soal wawasan dan pengetahuan , Anggun berani diadu. Sejak kecil, Anggun memang sudah ditempa dan dididik oleh sang ayah agar membekali diri dengan wawasan dan pengetahuan.  Sepulang dari sekolah, Anggun kecil tidak boleh langsung pulang ke rumah, tetapi harus mampir dulu ke toko buku lalu menghabiskan membaca satu atau dua buku. Berasal dari keluarga yang sederhana, tentu membeli buku bacaan bukan merupakan prioritas utama di keluarga Anggun.

Kebiasaan itu juga yang akhirnya terbawa hingga saat Anggun tumbuh menjadi remaja dan dewasa. Anggun adalah perempuan yang hobby membaca serta mendengarkan berita (dari televisi dan radio).

Cukup percaya diri dengan wawasan dan pengetahuan yang sudah dipupuk sejak kecil itujuga mungkin yang membuat Anggun menerima tawaran saat didaulat menjadi duta PBB untuk Mikro Kredit & Duta Pangan (FAO). Bagaimana Anggun dengan fasih berbicara tentang masalah-masalah yang serius dalam bidang sosial, ekonomi dan hukum.

“Berhubung aku bukan sarjana dengan disiplin ilmu tertentu, jadi aku menjelaskan program PBB yang berhubungan dengan berbagai bidang yang serius lewat bahasa umum sehari-hari yang ternyata lebih gampang diterima dan dimengerti oleh masyarakat umum dan awam”, cerita Anggun mengenai alasan dipilihnya dia sebagai salah satu public figure yang dipercaya menjadi duta dan juru bicara PBB. Dan memang sosok seperti Anggun-lah yang dicari oleh PBB, sosok selebriti yang mampu berbicara dengan lugas tanpa harus menggunakan bahasa-bahasa tehnis yang nanti justru lebih susah dimengeti oleh masyarakat sasaran program.

“Pendidikan formal itu penting karena akan sangat membantu membentuk pola pikir yang sistematis. Tetapi jika tidak memiliki akses untuk mendapat pendidikan formal  karena alasan tertentu, kita masih bisa mengandalkan pendidikan informal yaitu bakat dan pengalaman. Yang penting mau bekerja keras, bersedia belajar hal-hal baru, tidak mudah putus asa dan selalu bersyukur & berdoa”, pesan Anggun. Dan Anggun memang sudah membuktikannya sendiri.

Harus Berani Memilih Supaya Bisa Fokus



Sejak masih remaja, Anggun sudah belajar bahwa ada harga yang harus dibayar Anggun saat memutuskan untuk lebih fokus didunia musik. Tercatat sebagai salah satu penyanyi dengan bayaran manggung paling mahal dan selalu jaminan sukses, Anggun kerap harus meninggalkan bangku sekolah di SMA 68 Jakarta.

Pada saat itu SMA 68 Jakarta adalah salah satu SMA paling favorit di Jakarta yang terkenal dengan seleksi yang ketat dalam menerima siswa-siswi baru. Anggun termasuk yang beruntung lulus seleksi penerimaan siswa-siswi baru. Namun popularitas yang kian menjulang setelah sebelumnya Anggun sukses mencetak hit Tua Tua Keladi yang membuat Anggun semakin diperhitungkan sebagai penyanyi papan atas Indonesia harus memilih fokus disalah satu : sekolah atau karir. Bahkan tawaran main film dan iklan-pun terpaksa harus ditampiknya.

“Boro-boro main film dan iklan, sekolah aja hampir berantakan saking sibuknya dengan karir musiknya. Jadi daripada berantakan kedua-duanya, maka saya  memutuskan harus memilih salah satu: sekolah atau karir musik. Dan saya memilih karir musik”, ujar Anggun menjelaskan.

Bukan berarti tidak bisa membagi waktu, tetapi Anggun memang sudah mantap dengan pilihannya yaitu fokus di dunia musik.

“Saya tidak mau hanya sekedar bernyanyi, tetapi saya juga mau membangun karir. Saya mau hidup hanya dari bidang musik. Mungkin nanti saya tidak hanya menjadi penyanyi, tetapi juga penulis lagu dan produser”.

Dan memang Anggun akhirnya bisa mewujudkan cita-citanya. Sejak masih di Indonesia hingga menjadi penyanyi internasional seperti sekarang, Anggun sudah menulis lagunya sendiri. Bahkan Anggun juga memproduseri sendiri album terakhirnya Echo.  Itulah buah dari keputusan Anggun untuk fokus dan serius didunia musik yang kini tidak lagi hanya bisa dijadikan karir untuk menjamin hidup Anggun, tetapi juga menjadikan Anggun sebagai sosok yang inspiratif dan layak dikagumi.