Anggun Cipta Sasmi

Tuesday, July 30, 2013

Perempuan Asia Di Lingkungan Eropa



“Tidak ada buku manual yang menjelaskan bagaimana seharusnya perempuan Asia tinggal di Eropa”, ujar Anggun ketika ditanya bagaimana caranya menyesuaikan diri dengan lingkungan baru di Eropa. Anggun mengaku hanya menjalankan kehidupan normalnya seperti biasa, paling hanya adaptasi soal bahasa dan kultur yang berbeda.

“Apalagi Prancis itu kan kayak melting pot, semua suku bangsa ada disini mulai dari Afrika, Asia, Timur Tengah, Amerika dll”.

Dengan lingkungan yang seperti itu dimana Anggun adalah seorang pendatang, apakah Anggun pernah mengalami rasisme?

“Sama sekali nggak. Meski disana segala macam suku bangsa ada tetapi mereka manganggap orang-orang dari Asia itu kalem-kalem dan bukan type orang yang suka cari masalah”. 

Anggun juga menekankan begitu pentingnya datang ke sebuah negara sebagai tamu resmi dalam arti lengkap dengan segala dokumen seperti pasport, visa dan lain-lain agar tidak menjadi imigran gelap yang susah dilindungi oleh pemerintah negara setempat dan negara asal ketika mendapat masalah.

Bagaimana awalnya Anggun bisa berbaur dengan orang-orang dari segala macam ras dan suku bangsa?

“Pertama harus menguasai bahasanya dulu biar bisa berkomunikasi. Sebenarnya aku nggak terlalu fighting untuk bisa berbaur. Menurut mereka, caraku berbicara dan memperlakukan mereka sangat unik dan berbeda karena aku orang Indonesia. Itu salah satu yang membuat mereka tertarik karena menganggap aku punya identitas yang unik dan jujur”.

Jadi benar seperti penggalan lirik lagu Anggun : blood can not be replaced by water. Lingkungan dan warna paspor memang tidak akan pernah bisa mengubah ke-Indonesiaannya.

No comments:

Post a Comment